PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil, model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sementara
itu, Soekamto dan Winataputra mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar-mengajar. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran tersusun
secara sistematis.
Sejalan dengan pendapat di atas,
Sutikno menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran tergambar keseluruhan urutan
alur atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan
pembelajaran. Selain itu, dalam model pembelajaran juga ditunjukkan secara
jelas kegiatan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru atau peserta didik,
urutannya, serta tugas-tugas khusus.
Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dari situ, tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
B.
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Rusman memaparkan model pembelajaran memiliki ciri ciri sebagai
berikut.
1.
Model pembelajaran
harus didasarkan pada teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli.
2.
Model
pembelajaran hendaknya mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3.
Dapat
dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.
4.
Model
pembelajaran memiliki bagian-bagian seperti adanya langkah-langkah atau sintaks
pembelajaran, prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.
5.
Memiliki
dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi
dua hal. Pertama, dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
Kedua, dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.
Model
pembelajaran dapat membuat guru memiliki persiapan mengajar berdasarkan model
yang dipilihnya.
B.
Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
berbasis pada aktivitas peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan sebagai
fasilitator yang memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan
kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan potensi, bakat, minat, serta
perkembangan fisik dan psikis peserta didik. Pembelajaran berbasis aktivitas
ditandai adanya pembelajaran yang interaktif dengan berbagai sumber belajar,
inspiratif, kontekstual, kolaboratif, menyenangkan, serta mampu menantang
peserta didik untuk berpartisipasi aktif.
Agar pembelajaran berbasis
aktivitas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka prinsip-prinsip
pembelajaran sangat perlu diperhatikan. Menurut Peraturan Menteri Pendi dikan
dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, prinsip-prinsip
dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.
1.
Peserta
didik difasilitasi untuk mencari tahu.
2.
Peserta
didik belajar menggunakan berbagai sumber belajar.
3.
Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.
4.
Pembelajaran
yang berbasis kompetensi.
5.
Pembelajaran
yang terpadu.
6.
Pembelajaran
yang menekankan pada jawaban yang kebenarannya multidimensi.
7.
Pembelajaran
yang berbasis keterampilan aplikatif.
8.
Peningkatan
dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills) dan mental (soft
skills).
9.
Pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar
sepanjang hayat.
10.
Pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
11.
Pembelajaran
yang berlangsung di rumah, sekolah, dan masyarakat.
12.
Pembelajaran
yang menerapkan prinsip bahwa siapa pun adalah guru, siapa saja adalah peserta
didik, dan tempat mana pun adalah kelas.
13.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
C.
Kualitas Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang di dalamnya terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan guru,
sesama peserta didik, serta peserta didik dengan sumber belajar lainnya. Agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan berhasil guna maka diperlukan
perancangan, menetapkan tujuan sebelum dilaksanakan, serta mengendali kan
pelaksanaannya.
Sutikno menjelaskan bahwa
kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan
produk. Aspek proses memastikan apakah kegiatan pembelajaran yang berlangsung
mampu membuat peserta didik berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi di dalam
tim, maupun mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan santun.
Sementara itu, aspek produk memastikan apakah kegiatan pembelajaran mampu
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, baik kompetensi inti maupun dasar.
Agar dapat mencapai kompetensi sebagaimana diharapkan maka aspek proses harus
dipastikan telah berlangsung dengan baik.
Proses pembelajaran yang baik
akan menghasilkan sesuatu yang berkualitas apabila diusahakan dengan
sungguh-sungguh untuk meningkatkan keberhasilannya. Oleh karena itu, pemilihan
suatu model pembelajaran harus melalui beberapa pertimbangan. Pertama, kesesuaian model pembelajaran
yang akan digunakan dengan karakteristik mata pelajaran. Kedua, kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik
kompetensi yang akan dikembangkan atau diajarkan. Ketiga, kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
yang dicapai. Keempat, penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan
pendekatan saintis.
Lebih lanjut, Sutikno menyatakan
bahwa pemilihan suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan peserta
didik, lingkungan belajar, serta fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara
seperti ini, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Perlu
diingat oleh guru bahwa tidak ada satu pun model pembelajaran yang dianggap lebih baik dari selainnya. Setiap model
pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kebaikan suatu model
pembelajaran terletak pada ketepatan memilih model tersebut dalam kegiatan
pembelajaran. Tidak jarang ditemukan adanya kelas yang peserta didiknya tidak
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, mengantuk di kelas, dan bahkan sampai
tertidur pulas akibat penentuan model pembelajaran yang kurang sesuai.
Salah satu keterampilan yang
perlu dikuasai oleh guru ialah memilih model pembelajaran yang tepat untuk
mencapai tujuan. Guru dituntut mampu menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta meningkatkan keaktifan peserta didik dalam
belajar. Salah satu peran terpenting guru ialah mencerdaskan dan mempersiapkan
masa depan peserta didik melalui kegiatan belajar yang benar benar kreatif,
terbuka, dan menyenangkan.
D.
Berbagai Model Pembelajaran
Guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar harus memilih model pembelajaran yang tepat. Terdapat banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Berikut diterangkan model-model pembelajaran yang dapat
diterapkan oleh guru.
1.
Model Pembelajaran Discovery/Inkuiri
Discovery/inkuiri merupakan model
pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk menemukan
sesuatu dari proses penyelidikan yang dilakukannya.
Pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model discovery atau
inkuiri didasarkan pada langkah-langkah berikut.
a.
Memberi
stimulus kepada peserta didik yang berkenaan dengan materi pembelajaran,
seperti gambar, tayangan video, wacana, permasalahan dalam bentuk teks atau
cerita, dan selainnya yang dapat menarik rasa ingin tahu peserta didik.
b.
Mengidentifikasi
masalah (problem statement). Pada
langkah ini, peserta didik diberi ruang yang luas untuk merumuskan pertanyaan,
masalah, serta topik yang akan diselidiki berdasarkan stimulus oleh guru.
c.
Mengumpulkan
data (data collecting). Pada langkah
ini, peserta didik mengumpulkan informasi, fakta, serta data berkenaan dengan
masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.
d.
Mengolah
data (data processing). Pada kegiatan
ini, peserta didik diarahkan untuk menganalisis informasi/fakta/data yang telah
diperoleh dengan cara mengecek, mengklasifikasikan, mentabulasikan, serta
menafsirkan data tersebut.
e.
Memverifikasi
(verification). Pada tahapan ini,
peserta didik diberikan arahan untuk mengecek kembali jawaban atas permasalahan
yang telah dirumuskan dengan berdiskusi bersama kelompok lainnya.
f.
Menyimpulkan
(generalization). Peserta didik
diarah kan untuk belajar menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan dan
verifikasi data.
2.
Problem
Based Learning
Problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan peserta didik
secara aktif dan berani. Dengan kata lain, peserta didik diarahkan untuk dapat
mencari solusi atas masalah tersebut.
Langkah-langkah dalam model
problem based learning antara lain meliputi sebagai
berikut.
a.
Orientasi
terhadap masalah. Peserta didik diberikan masalah nyata, baik melalui tayangan
video, artikel sebuah kasus, gambar/foto, maupun langsung terjun ke lingkungan
sekitar.
b.
Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran. Peserta didik mulai mengidentifikasi apa yang harus
mereka ketahui dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Pada tahap ini, peserta didik berbagi tugas/peran untuk mencari
solusi.
c.
Penyelidikan
mandiri dan kelompok. Peserta didik dibimbing oleh guru di dalam mengumpulkan
data/ informasi melalui berbagai cara untuk menemukan alternatif penyelesaian
masalah.
d.
Pengembangan
dan penyajian hasil penyelesaian masalah. Peserta didik dibimbing oleh guru
untuk memutuskan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai
alternatif. Selanjutnya, peserta didik membuat laporan dalam bentuk model,
bagan, gagasan, ataupun slide Power Point untuk dipresentasikan.
e.
Analisis dan
evaluasi proses penyelesaian masalah. Guru memfasilitasi peserta didik dalam
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian masalah yang telah
dilakukan.
- Project Based Learning
Project
based learning adalah
model pembelajaran di mana peserta didik melakukan suatu kegiatan/proyek
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Yani, tujuan utama
pembelajaran berbasis proyek adalah membiasakan peserta didik untuk kreatif
menghasilkan produk tertentu. Kemudian, dari proses yang telah dilalui, mereka
dapat menemukan berbagai pengetahuan.
Langkah-langkah penerapan model
pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut.
a.
Menentukan
topik. Pada tahap ini, peserta didik bersama guru menentukan topik ataupun tema
proyek yang akan dilakukan.
b.
Mendesain
perencanaan proyek. Peserta didik bersama guru merancang langkah-langkah
kegiatan penyelesaian proyek secara kreatif. Perencanaan ini meliputi kegiatan
yang akan dilakukan, alat, serta bahan yang dibutuhkan dalam penyelesaian
proyek.
c.
Menyusun
jadwal pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, peserta didik dengan bimbingan guru
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek, seperti waktu pelaksanaan
dan batas akhir penyelesaian proyek.
d.
Memonitor
perkembangan proyek. Guru memonitor aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Lebih baik pada tahap ini dilengkapi rubrik monitor agar
dapat merekam hal-hal penting yang terkait aktivitas proyek.
e.
Menguji
hasil. Pengujian hasil proyek dapat dilakukan dengan mempresentasikan hasil
proyek sehingga dapat diberi saran mengenai hasil yang telah dibuat.
f.
Mengevaluasi
proses dan hasil proyek. Pada tahap ini, peserta didik bersama guru melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dibuat. Selain itu,
peserta didik diminta untuk mengung kapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek tersebut.
- Model
Pembelajaran Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw adalah model pembelajaran
di mana peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok/tim yang memiliki tanggung
jawab atas penguasaan materi pembelajaran tertentu dan mampu mengajari materi
tersebut kepada anggota lain di dalam timnya. Sutikno menambahkan bahwa jigsaw
dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap
pembelajarannya sendiri dan orang lain. Peserta didik bukan hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut kepada anggota timnya yang lain.
Adapun langkah-langkah dalam
model pembelajaran jigsaw meliputi sebagai berikut.
a.
Peserta
didik dibagi ke dalam beberapa kelompok/tim yang masing-masing terdiri dari
lima sampai enam peserta didik.
b.
Setiap
peserta didik di dalam kelompok/tim diberi materi dan tugas yang berbeda.
c.
Anggota dari
kelompok berbeda yang telah mempelajari materi/tugas yang sama bertemu di dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan secara mendalam tentang
materi/tugas mereka.
d.
Setelah
selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kelompok kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajari teman satu kelompok ten tang materi yang
mereka kuasai. Sementara itu, setiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh sungguh.
e.
Kelompok
ahli mempresentasikan hasil diskusinya dan guru memberikan evaluasi.
- Model Student Teams Achievement Divisions
(STAD)
Model pembelajaran STAD diawali
dengan guru yang menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya, peserta didik
ditugaskan untuk bekerja di dalam kelompok. Hal ini mengharuskan semua anggota
kelompok menguasai materi pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan anggotanya,
setiap peserta didik diberi ujian atau kuis secara individual. Nilai kuis yang diperoleh setiap
anggota dikumpulkan untuk menghasilkan nilai kelompok.
Langkah-langkah model
pembelajaran student teams achievement
divisions antara lain seperti berikut.
a.
Menyajikan
materi. Guru menyajikan materi pembelajaran dan peserta didik harus
memperhatikan dengan saksama karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan
kuis.
b.
Membentuk
kelompok belajar. Guru membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, baik
secara prestasi akademik maupun jenis kelamin. Pada tahap ini, peserta didik
belajar bersama mengerjakan tugas yang diberikan guru.
c.
Memberikan kuis/tes.
Setelah peserta didik menger jakan tugas yang diberikan guru, mereka diberi
kuis/ tes untuk mengukur kemampuan masing-masing. Pada saat mengerjakan kuis,
mereka tidak boleh saling membantu.
d.
Penghargaan
kelompok. Nilai kuis setiap anggota kelompok dikumpulkan dan diakumulasi
sehingga menjadi nilai kelompok. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi
diberi penghargaan oleh guru.
- Model Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran TPS bersifat
kooperatif dan dirancang untuk memengaruhi pola hubungan peserta didik.
Pembelajaran ini dapat memberikan peserta didik lebih banyak waktu untuk
berpikir, merespons, dan saling membantu.
Langkah-langkah dalam model
pembelajaran think pair share antara
lain sebagai berikut.
a.
Thinking (berpikir). Pada langkah ini,
guru memberikan pertanyaan sedangkan peserta didik memikirkan jawaban secara
mandiri untuk beberapa saat.
b.
Pairing (berpasangan). Guru meminta
peserta didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan hal-hal telah
mereka peroleh pada tahap sebe yang lumnya. Pada tahap ini, peserta didik
saling berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberikan waktu sekitar 4-5 menit
untuk peserta didik berpasangan.
c.
Sharing (berbagi). Pada tahap akhir,
guru meminta setiap pasangan membagikan hasil diskusi mereka dengan seluruh
kelas mengenai hal-hal yang telah mereka bicarakan. Tahap ini dilakukan secara
bergi liran sampai hampir sebagian pasangan mendapatkan kesempatan.
- Model Number Head Together (NHT)
Zubaedi menjelaskan bahwa model
NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang didesain untuk memengaruhi pola
hubungan peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik.
Adapun langkah dalam model
pembelajaran ini meliputi hal-hal
berikut ini.
a.
Persiapan.
Guru mempersiapkan rencana pembelajaran, mulai dari membuat RPP hingga LKS yang
sesuai dengan model NHT.
b.
Pembentukan
kelompok. Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara
heterogen. Setiap kelompok membutuhkan buku teks pelajaran agar memudahkan
peserta didik dalam mengerjakan LKS dan menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru.
c.
Mendiskusikan
masalah. Dalam diskusi, setiap anggota kelompok harus dipastikan memahami
jawaban dari permasalahan dan LKS.
d.
Memanggil
nomor anggota. Pada tahap ini, guru menyebutkan satu nomor dan peserta didik
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada peserta
didik lainnya di depan kelas.
e.
Menyimpulkan.
Peserta didik bersama guru menyim pulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan
dan permasalahan dalam LKS.
- Model
Pembelajaran Membuat Pasangan (Make
a Match)
Model pembelajaran make a match adalah metode agar peserta
didik dapat menemukan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang sudah
disiapkan dalam bentuk kartu. Model ini dapat digunakan untuk mencairkan
suasana pembelajaran yang pasif.
Langkah-langkah dalam menerapkan
model pembelajaran make a match
antara lain seperti berikut.
a.
Peserta
didik diminta untuk memahami materi pembelajaran yang akan disajikan.
b.
Guru membuat
kartu pertanyaan dan jawaban sejumlah peserta didik di kelas.
c.
Kartu
pertanyaan diberikan kepada separuh jumlah peserta didik, begitu pula dengan
kartu jawaban.
d.
Peserta
didik diberi waktu untuk mencari pasangan pertanyaan dan jawabannya. Setelah
itu, guru meminta mereka untuk duduk berdekatan.
e.
Setelah
semua peserta didik menemukan pasangannya, satu per satu pasangan dipersilakan
ke depan kelas untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam
kartu. Pada saat itu juga, pasangan lain mendengarkan penjelasan temannya dan
dapat mengklarifikasi apabila terdapat kekeliruan pasangan.
f.
Guru
mengoreksi dan memberi masukan untuk memperbaiki pasangan yang keliru. Guru
dapat memberikan evaluasi dan motivasi kepada seluruh peserta didik agar belajar
lebih giat lagi.
- Model
Tongkat Berbicara (Talking Stick)
Model pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat sambil guru
memutarkan musik. Pada saat music berhenti,
peserta didik terakhir yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru.
Langkah-langkah penerapan model
pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut.
a.
Guru
menyiapkan sejumlah pertanyaan, musik dan perangkat untuk memutarnya, serta
tongkat berupa spidol ataupun pensil.
b.
Guru meminta
kepada peserta didik untuk membaca materi pembelajaran yang akan dibahas pada
perte muan tersebut.
c.
Setelah
peserta didik membaca, guru dapat memulai nya dengan memberikan tongkat kepada
peserta didik yang pertama sambil diiringi musik yang disediakan sebelumnya.
Kemudian, peserta didik yang pertama memberikan tongkat kepada peserta didik
lainnya secara estafet dan berhenti sampai guru meng hentikan musik yang sedang
diputar.
d.
Peserta
didik yang terakhir memegang tongkat mendapatkan pertanyaan dari guru dan ia
wajib menjawabnya.
e.
Setelah
peserta didik menjawab pertanyaan, guru dapat meminta peserta didik lainnya
untuk menanggapi jawaban temannya. Apabila ada peserta didik yang tidak dapat
menjawab pertanyaan, guru dapat memberikan hukuman mendidik, misalnya menyanyikan
sebuah lagu kebangsaan.
g.
Guru
melanjutkan memutar musik dan meminta peserta didik menjalankan tongkat
tersebut secara estafet. Kegiatan pada poin (d) dan (e) dapat diulang oleh guru
sesuai kebutuhan.
h.
Guru bersama
peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan dapat
diakhiri dengan tes.
- Model
Debat
Model debat adalah model
pembelajaran yang mem bagi peserta didik ke dalam dua kelompok, yakni kubu pro
dan golongan kontra. Kemudian, peserta didik diberikan kasus yang berkaitan
dengan materi pembelajaran untuk diperdebatkan dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah penerapan model debat dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
a.
Guru membagi
kelas dalam dua kelompok (pro dan kontra).
b.
Peserta
didik diberi waktu untuk mendalami kasus yang berkaitan dengan materi
pembelajaran yang akan diperdebatkan.
c.
Setelah
selesai membaca dan mendalami kasus, guru dapat menunjuk salah satu anggota
kelompok yang pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh kelompok kontra. Hal ini
dilakukan seterusnya sampai hampir sebagian besar peserta didik mengemukakan
pendapatnya.
d.
Pada saat
peserta didik berdebat, guru dapat menulis kan inti perdebatan yang dibahas di
papan tulis. Setelah debat dirasa cukup, guru bersama peserta didik
e.
dapat membahas
kasus yang sedang diperdebatkan untuk kemudian ditarik kesimpulan.
f.
Pembelajaran
dengan menggunakan model debat dapat diakhiri dengan tes.
BACA JUGA:
PENGERTIAN
ADJACTIVE DAN MACAM-MACAM ADJACTIVE
DAMPAK
KONFLIK RUSIA-UKRAINA BAGI DUNIA
PENYEBAB
HARGA MINYAK MELONJAK DIINDONESIA
PENGERTIAN
PERANAN MEDIA DAN TEKNOLOGI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
PENGERTIAN
DAN SEJARAH ULUMUL HADIST
PENOMENA
PENDIDIKAN DI ERA COVID-19
MENYUSUNAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Jangan
Lupa like dan Subcribe youtube aku ya.. terimaksih
https://www.youtube.com/channel/UCyVMU2grsQgJgjtw_6efDhQ
Komentar
Posting Komentar