PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

 

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN



A.     Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Joyce dan Weil, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sementara itu, Soekamto dan Winataputra mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran tersusun secara sistematis.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sutikno menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran tergambar keseluruhan urutan alur atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Selain itu, dalam model pembelajaran juga ditunjukkan secara jelas kegiatan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru atau peserta didik, urutannya, serta tugas-tugas khusus.

Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dari situ, tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

B.     Ciri-ciri Model Pembelajaran

Rusman memaparkan model pembelajaran memiliki ciri ciri sebagai berikut.

1.      Model pembelajaran harus didasarkan pada teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli.

2.      Model pembelajaran hendaknya mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di kelas.

4.      Model pembelajaran memiliki bagian-bagian seperti adanya langkah-langkah atau sintaks pembelajaran, prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

5.      Memiliki dampak sebagai akibat penerapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi dua hal. Pertama, dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur. Kedua, dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.

6.      Model pembelajaran dapat membuat guru memiliki persiapan mengajar berdasarkan model yang dipilihnya.

 

B.     Prinsip Pembelajaran

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 berbasis pada aktivitas peserta didik. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai dengan potensi, bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikis peserta didik. Pembelajaran berbasis aktivitas ditandai adanya pembelajaran yang interaktif dengan berbagai sumber belajar, inspiratif, kontekstual, kolaboratif, menyenangkan, serta mampu menantang peserta didik untuk berpartisipasi aktif.

Agar pembelajaran berbasis aktivitas dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka prinsip-prinsip pembelajaran sangat perlu diperhatikan. Menurut Peraturan Menteri Pendi dikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, prinsip-prinsip dalam pembelajaran meliputi sebagai berikut.

1.      Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu.

2.      Peserta didik belajar menggunakan berbagai sumber belajar.

3.      Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

4.      Pembelajaran yang berbasis kompetensi.

5.      Pembelajaran yang terpadu.

6.      Pembelajaran yang menekankan pada jawaban yang kebenarannya multidimensi.

7.      Pembelajaran yang berbasis keterampilan aplikatif.

8.      Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills) dan mental (soft skills).

9.      Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

10.  Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

11.  Pembelajaran yang berlangsung di rumah, sekolah, dan masyarakat.

12.  Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa pun adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan tempat mana pun adalah kelas.

13.  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

14.  Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

C.      Kualitas Model Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan guru, sesama peserta didik, serta peserta didik dengan sumber belajar lainnya. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancar dan berhasil guna maka diperlukan perancangan, menetapkan tujuan sebelum dilaksanakan, serta mengendali kan pelaksanaannya.

Sutikno menjelaskan bahwa kualitas model pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses memastikan apakah kegiatan pembelajaran yang berlangsung mampu membuat peserta didik berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi di dalam tim, maupun mengembangkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan santun. Sementara itu, aspek produk memastikan apakah kegiatan pembelajaran mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, baik kompetensi inti maupun dasar. Agar dapat mencapai kompetensi sebagaimana diharapkan maka aspek proses harus dipastikan telah berlangsung dengan baik.

Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan sesuatu yang berkualitas apabila diusahakan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan keberhasilannya. Oleh karena itu, pemilihan suatu model pembelajaran harus melalui beberapa pertimbangan. Pertama, kesesuaian model pembelajaran yang akan digunakan dengan karakteristik mata pelajaran. Kedua, kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik kompetensi yang akan dikembangkan atau diajarkan. Ketiga, kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang dicapai. Keempat, penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintis.

Lebih lanjut, Sutikno menyatakan bahwa pemilihan suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan peserta didik, lingkungan belajar, serta fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara seperti ini, tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Perlu diingat oleh guru bahwa tidak ada satu pun model pembelajaran yang dianggap lebih baik dari selainnya. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kebaikan suatu model pembelajaran terletak pada ketepatan memilih model tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Tidak jarang ditemukan adanya kelas yang peserta didiknya tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, mengantuk di kelas, dan bahkan sampai tertidur pulas akibat penentuan model pembelajaran yang kurang sesuai.

Salah satu keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru ialah memilih model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan. Guru dituntut mampu menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar. Salah satu peran terpenting guru ialah mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan peserta didik melalui kegiatan belajar yang benar benar kreatif, terbuka, dan menyenangkan.

 

D.     Berbagai Model Pembelajaran

Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar harus memilih model pembelajaran yang tepat. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berikut diterangkan model-model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru.

1.     Model Pembelajaran Discovery/Inkuiri

Discovery/inkuiri merupakan model pembelajaran yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk menemukan sesuatu dari proses penyelidikan yang dilakukannya.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model discovery atau inkuiri didasarkan pada langkah-langkah berikut.

a.       Memberi stimulus kepada peserta didik yang berkenaan dengan materi pembelajaran, seperti gambar, tayangan video, wacana, permasalahan dalam bentuk teks atau cerita, dan selainnya yang dapat menarik rasa ingin tahu peserta didik.

b.      Mengidentifikasi masalah (problem statement). Pada langkah ini, peserta didik diberi ruang yang luas untuk merumuskan pertanyaan, masalah, serta topik yang akan diselidiki berdasarkan stimulus oleh guru.

c.       Mengumpulkan data (data collecting). Pada langkah ini, peserta didik mengumpulkan informasi, fakta, serta data berkenaan dengan masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya.

d.      Mengolah data (data processing). Pada kegiatan ini, peserta didik diarahkan untuk menganalisis informasi/fakta/data yang telah diperoleh dengan cara mengecek, mengklasifikasikan, mentabulasikan, serta menafsirkan data tersebut.

e.       Memverifikasi (verification). Pada tahapan ini, peserta didik diberikan arahan untuk mengecek kembali jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan dengan berdiskusi bersama kelompok lainnya.

f.        Menyimpulkan (generalization). Peserta didik diarah kan untuk belajar menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan dan verifikasi data.

 

2.     Problem Based Learning

Problem based learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan peserta didik secara aktif dan berani. Dengan kata lain, peserta didik diarahkan untuk dapat mencari solusi atas masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam model problem based learning antara lain meliputi sebagai berikut.

a.       Orientasi terhadap masalah. Peserta didik diberikan masalah nyata, baik melalui tayangan video, artikel sebuah kasus, gambar/foto, maupun langsung terjun ke lingkungan sekitar.

b.      Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Peserta didik mulai mengidentifikasi apa yang harus mereka ketahui dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahap ini, peserta didik berbagi tugas/peran untuk mencari solusi.

c.       Penyelidikan mandiri dan kelompok. Peserta didik dibimbing oleh guru di dalam mengumpulkan data/ informasi melalui berbagai cara untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah.

d.      Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk memutuskan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif. Selanjutnya, peserta didik membuat laporan dalam bentuk model, bagan, gagasan, ataupun slide Power Point untuk dipresentasikan.

e.       Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah. Guru memfasilitasi peserta didik dalam melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian masalah yang telah dilakukan.

 

  1. Project Based Learning

Project based learning adalah model pembelajaran di mana peserta didik melakukan suatu kegiatan/proyek tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Yani, tujuan utama pembelajaran berbasis proyek adalah membiasakan peserta didik untuk kreatif menghasilkan produk tertentu. Kemudian, dari proses yang telah dilalui, mereka dapat menemukan berbagai pengetahuan.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut.

a.       Menentukan topik. Pada tahap ini, peserta didik bersama guru menentukan topik ataupun tema proyek yang akan dilakukan.

b.      Mendesain perencanaan proyek. Peserta didik bersama guru merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek secara kreatif. Perencanaan ini meliputi kegiatan yang akan dilakukan, alat, serta bahan yang dibutuhkan dalam penyelesaian proyek.

c.       Menyusun jadwal pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, peserta didik dengan bimbingan guru menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek, seperti waktu pelaksanaan dan batas akhir penyelesaian proyek.

d.      Memonitor perkembangan proyek. Guru memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Lebih baik pada tahap ini dilengkapi rubrik monitor agar dapat merekam hal-hal penting yang terkait aktivitas proyek.

e.       Menguji hasil. Pengujian hasil proyek dapat dilakukan dengan mempresentasikan hasil proyek sehingga dapat diberi saran mengenai hasil yang telah dibuat.

f.        Mengevaluasi proses dan hasil proyek. Pada tahap ini, peserta didik bersama guru melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dibuat. Selain itu, peserta didik diminta untuk mengung kapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek tersebut.

 

  1. Model Pembelajaran Tim Ahli (Jigsaw)

Jigsaw adalah model pembelajaran di mana peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok/tim yang memiliki tanggung jawab atas penguasaan materi pembelajaran tertentu dan mampu mengajari materi tersebut kepada anggota lain di dalam timnya. Sutikno menambahkan bahwa jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Peserta didik bukan hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota timnya yang lain.

Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran jigsaw meliputi sebagai berikut.

a.       Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok/tim yang masing-masing terdiri dari lima sampai enam peserta didik.

b.      Setiap peserta didik di dalam kelompok/tim diberi materi dan tugas yang berbeda.

c.       Anggota dari kelompok berbeda yang telah mempelajari materi/tugas yang sama bertemu di dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan secara mendalam tentang materi/tugas mereka.

d.      Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajari teman satu kelompok ten tang materi yang mereka kuasai. Sementara itu, setiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh sungguh.

e.       Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusinya dan guru memberikan evaluasi.

 

  1. Model Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model pembelajaran STAD diawali dengan guru yang menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya, peserta didik ditugaskan untuk bekerja di dalam kelompok. Hal ini mengharuskan semua anggota kelompok menguasai materi pembelajaran. Setelah berdiskusi dengan anggotanya, setiap peserta didik diberi ujian atau kuis secara individual. Nilai kuis yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk menghasilkan nilai kelompok.

Langkah-langkah model pembelajaran student teams achievement divisions antara lain seperti berikut.

a.       Menyajikan materi. Guru menyajikan materi pembelajaran dan peserta didik harus memperhatikan dengan saksama karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis.

b.      Membentuk kelompok belajar. Guru membentuk kelompok yang anggotanya heterogen, baik secara prestasi akademik maupun jenis kelamin. Pada tahap ini, peserta didik belajar bersama mengerjakan tugas yang diberikan guru.

c.       Memberikan kuis/tes. Setelah peserta didik menger jakan tugas yang diberikan guru, mereka diberi kuis/ tes untuk mengukur kemampuan masing-masing. Pada saat mengerjakan kuis, mereka tidak boleh saling membantu.

d.      Penghargaan kelompok. Nilai kuis setiap anggota kelompok dikumpulkan dan diakumulasi sehingga menjadi nilai kelompok. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru.

 

  1. Model Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran TPS bersifat kooperatif dan dirancang untuk memengaruhi pola hubungan peserta didik. Pembelajaran ini dapat memberikan peserta didik lebih banyak waktu untuk berpikir, merespons, dan saling membantu.

Langkah-langkah dalam model pembelajaran think pair share antara lain sebagai berikut.

a.       Thinking (berpikir). Pada langkah ini, guru memberikan pertanyaan sedangkan peserta didik memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.

b.      Pairing (berpasangan). Guru meminta peserta didik berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan hal-hal telah mereka peroleh pada tahap sebe yang lumnya. Pada tahap ini, peserta didik saling berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberikan waktu sekitar 4-5 menit untuk peserta didik berpasangan.

c.       Sharing (berbagi). Pada tahap akhir, guru meminta setiap pasangan membagikan hasil diskusi mereka dengan seluruh kelas mengenai hal-hal yang telah mereka bicarakan. Tahap ini dilakukan secara bergi liran sampai hampir sebagian pasangan mendapatkan kesempatan.

 

  1. Model Number Head Together (NHT)

Zubaedi menjelaskan bahwa model NHT adalah model pembelajaran kooperatif yang didesain untuk memengaruhi pola hubungan peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Adapun langkah dalam model pembelajaran ini meliputi hal-hal berikut ini.

a.       Persiapan. Guru mempersiapkan rencana pembelajaran, mulai dari membuat RPP hingga LKS yang sesuai dengan model NHT.

b.      Pembentukan kelompok. Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok membutuhkan buku teks pelajaran agar memudahkan peserta didik dalam mengerjakan LKS dan menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.

c.       Mendiskusikan masalah. Dalam diskusi, setiap anggota kelompok harus dipastikan memahami jawaban dari permasalahan dan LKS.

d.      Memanggil nomor anggota. Pada tahap ini, guru menyebutkan satu nomor dan peserta didik dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada peserta didik lainnya di depan kelas.

e.       Menyimpulkan. Peserta didik bersama guru menyim pulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan dan permasalahan dalam LKS.

 

  1. Model Pembelajaran Membuat Pasangan (Make a Match)

Model pembelajaran make a match adalah metode agar peserta didik dapat menemukan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang sudah disiapkan dalam bentuk kartu. Model ini dapat digunakan untuk mencairkan suasana pembelajaran yang pasif.

Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran make a match antara lain seperti berikut.

a.       Peserta didik diminta untuk memahami materi pembelajaran yang akan disajikan.

b.      Guru membuat kartu pertanyaan dan jawaban sejumlah peserta didik di kelas.

c.       Kartu pertanyaan diberikan kepada separuh jumlah peserta didik, begitu pula dengan kartu jawaban.

d.      Peserta didik diberi waktu untuk mencari pasangan pertanyaan dan jawabannya. Setelah itu, guru meminta mereka untuk duduk berdekatan.

e.       Setelah semua peserta didik menemukan pasangannya, satu per satu pasangan dipersilakan ke depan kelas untuk menjelaskan jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam kartu. Pada saat itu juga, pasangan lain mendengarkan penjelasan temannya dan dapat mengklarifikasi apabila terdapat kekeliruan pasangan.

f.        Guru mengoreksi dan memberi masukan untuk memperbaiki pasangan yang keliru. Guru dapat memberikan evaluasi dan motivasi kepada seluruh peserta didik agar belajar lebih giat lagi.

 

  1. Model Tongkat Berbicara (Talking Stick)

Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat sambil guru memutarkan musik. Pada saat music berhenti, peserta didik terakhir yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran talking stick adalah sebagai berikut.

a.       Guru menyiapkan sejumlah pertanyaan, musik dan perangkat untuk memutarnya, serta tongkat berupa spidol ataupun pensil.

b.       Guru meminta kepada peserta didik untuk membaca materi pembelajaran yang akan dibahas pada perte muan tersebut.

c.        Setelah peserta didik membaca, guru dapat memulai nya dengan memberikan tongkat kepada peserta didik yang pertama sambil diiringi musik yang disediakan sebelumnya. Kemudian, peserta didik yang pertama memberikan tongkat kepada peserta didik lainnya secara estafet dan berhenti sampai guru meng hentikan musik yang sedang diputar.

d.       Peserta didik yang terakhir memegang tongkat mendapatkan pertanyaan dari guru dan ia wajib menjawabnya.

e.       Setelah peserta didik menjawab pertanyaan, guru dapat meminta peserta didik lainnya untuk menanggapi jawaban temannya. Apabila ada peserta didik yang tidak dapat menjawab pertanyaan, guru dapat memberikan hukuman mendidik, misalnya menyanyikan sebuah lagu kebangsaan.

 

g.       Guru melanjutkan memutar musik dan meminta peserta didik menjalankan tongkat tersebut secara estafet. Kegiatan pada poin (d) dan (e) dapat diulang oleh guru sesuai kebutuhan.

h.      Guru bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran dan dapat diakhiri dengan tes.

 

  1. Model Debat

Model debat adalah model pembelajaran yang mem bagi peserta didik ke dalam dua kelompok, yakni kubu pro dan golongan kontra. Kemudian, peserta didik diberikan kasus yang berkaitan dengan materi pembelajaran untuk diperdebatkan dalam kelompok. Adapun langkah-langkah penerapan model debat dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a.       Guru membagi kelas dalam dua kelompok (pro dan kontra).

b.      Peserta didik diberi waktu untuk mendalami kasus yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan diperdebatkan.

c.       Setelah selesai membaca dan mendalami kasus, guru dapat menunjuk salah satu anggota kelompok yang pro untuk berbicara dan ditanggapi oleh kelompok kontra. Hal ini dilakukan seterusnya sampai hampir sebagian besar peserta didik mengemukakan pendapatnya.

d.      Pada saat peserta didik berdebat, guru dapat menulis kan inti perdebatan yang dibahas di papan tulis. Setelah debat dirasa cukup, guru bersama peserta didik

e.       dapat membahas kasus yang sedang diperdebatkan untuk kemudian ditarik kesimpulan.

f.        Pembelajaran dengan menggunakan model debat dapat diakhiri dengan tes.

BACA JUGA:

MASALAH TES DALAM EVALUASI

PENGERTIAN ADJACTIVE DAN MACAM-MACAM ADJACTIVE

DAMPAK KONFLIK RUSIA-UKRAINA BAGI DUNIA

PENYUSUNAN SILABUS

PENYEBAB HARGA MINYAK MELONJAK DIINDONESIA

PENGERTIAN PERANAN MEDIA DAN TEKNOLOGI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

PENGERTIAN ILMU HADIST

PENGERTIAN DAN SEJARAH ULUMUL HADIST

TEKS DRAMA 4G

PENOMENA PENDIDIKAN DI ERA COVID-19

BIOGRAFI 4 IMAM MAZHAB

PENGERTIAN DAN FUNGSI BAHASA

RANCANGAN PENELITIAN

MENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Jangan Lupa like dan Subcribe youtube aku ya.. terimaksih

https://www.youtube.com/channel/UCyVMU2grsQgJgjtw_6efDhQ


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGERTIAN ILMU HADIST

PENGERTIAN DAN FUNGSI BAHASA DALAM KEHIDUPAN

DAMPAK PENGGUNAAN INTERNET DIKALANGAN PELAJAR SMAN 1 PEMULUTAN SELATAN